Senin, 06 Januari 2014



Ambisi kepariwisataan Kota Batu
Oleh : Nur Aisyah

Bianglala itu masih berputar pelahan seiring dengan tawa pengunjung alun-alun Kota Wisata Batu. Para tua muda ber-refreshing ria dibawahnya. Tawa anak-anak mengiringi langkah cepat mereka di playground yang telah disediakan oleh pihak pengelola wisata alun-alun Kota Wisata Batu. Alun-alun yang telah dibangun 3 tahun lalu itu, memiliki arsitektur yang berbeda dari alun-alun pada umumnya di kota lain di Jawa Timur maupun kota-kota di Indonesia. Monumen buah-buahan tertata apik didalam taman bermain tersebut. Sebagai contoh bangunan strawberry yang juga berfungsi sebagai kantor pusat Alun-alun dan bangunan apel yang juga berfungsi sebagai toilet. Pengunjung semakin nyaman dengan beberapa kolam beserta air mancur yang tersebur disudut alun-alun. Terdapat juga air mancur yang dapat dimainkan anak-anak. Dan tidak lupa monumen apel dan air mancurnya menjadi maskot alun-alun ini. Hal ini sesuai dengan buah apel sebagai komoditas buah utama di kota wisata ini. Demikianlah pemandangan yang dapat kita lihat di pusat Kota Batu.
            Kota Batu memiliki 3 buah gunung yang telah dikenal dan diakui secara nasional. Gunung-gunung tersebut ialah Gunung Panderman (2010 m), Gunung Welirang (3156 m) Gunung Arjuno (3339 m) dan masih banyak lagi. Dengan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu sebagai daerah dingin. Temperatur rata-rata Kota Batu 21,5 ° C, dengan temperatur tertinggi 27,2° C dan terendah 14,9°C. Kondisi tersebut membuat kota batu cocok sabagi daerah kepariwisataan.
            Setelah memisahkan wilayah dengan wilayah Kabupaten Malang pada tahun 2001 silam, pemerintah Kota Wisata Batu semakin mengembangkan kepariwisataan di kota tersebut. Berbagai wisata alam sebagai contoh pemandian air panas Cangar, wisata olahraga paralayang yang mengambil lokasi di Gunung Banyak, yang menurut para atlet dan para pengunjungpemandangannya adalah yang paling bagus se-Asia telah banyak mengundang minat para pengunjung. Potensi lain yang telah dikembangkan diantaranya wisata bunga di Desa Sidomulyo, puluhan Goa Peninggalan Jepang, Jatim Park 1, Jatim Park 2, Batu Night Spektakuler, Eco Green Park dan lain sebagainya. 

Potensi kepariwisataan yang semakin berkembang tersebut menggelitik ambisi para investor untuk menginvestasikan bisnisnya dalam bidang kepariwisataan di Kota Batu. Selain itu, para pihak-pihak swasta berbondong-bondong membangun perhotelan, villa, restaurant, tempat penginapan bahkan bar dan tempat karaoke keluarga. Di setiap sudut kota tidak sulit kita temui sejumlah penginapan yang menawarkan fasilitas sederhana hingga mewah. Perumahan pun berlomba-lomba di bangun di setiap titik pusat kota hingga pinggiran kota.
Kawasan yang sangat strategis ini, mewujudkan obsesi transisi Kota Batu menjadi Kota metropolis. Sektor kepariwisataan, perhotelan dan restoran menjadi penyangga sekitar 45% kegiatan ekonomi daerah. Keindahan alam dan berbagai tempat tujuan wisata disekitar Batu mampu menyedot pemasukan tersendiri dengan menghadirkan jutaan wisatawan lokal maupun mancanegara setiap bulannya. 
Seiring dengan perkembangan yangs angat pesat tersebut, muncul pertanyaan apakah pembangunan berbagai sarana prasarana kepariwisataan tersebut sesuai dengan Amdal kota Batu? apakah dengan pembangunan kepariwisataan tersebut Ruang Terbuka Hijau Kota Batu tidak terganggu? Apakah lingkungan perbukitan masih kokoh pada kedudukannya dan tidak terganggu? Bagaimanakah sanitasi limbah dampak pembangunan tersebut? Bagaimanakah  drainase di kota tersebut?
Seharusnya pembangunan kawsan tersebut diikuti dengan pelestarian lingkungan Kota Wisata Batu agar kedepannya Kota tersebut masih bertahan manjadi kota yang “pantas” dijadikan kota pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar