Ambisi kepariwisataan Kota Batu
Oleh : Nur Aisyah
Bianglala
itu masih berputar pelahan seiring dengan tawa pengunjung alun-alun Kota Wisata
Batu. Para tua muda ber-refreshing ria dibawahnya. Tawa anak-anak mengiringi
langkah cepat mereka di playground yang telah disediakan oleh pihak pengelola
wisata alun-alun Kota Wisata Batu. Alun-alun yang telah dibangun 3 tahun lalu
itu, memiliki arsitektur yang berbeda dari alun-alun pada umumnya di kota lain
di Jawa Timur maupun kota-kota di Indonesia. Monumen buah-buahan tertata apik
didalam taman bermain tersebut. Sebagai contoh bangunan strawberry yang juga
berfungsi sebagai kantor pusat Alun-alun dan bangunan apel yang juga berfungsi
sebagai toilet. Pengunjung semakin nyaman dengan beberapa kolam beserta air
mancur yang tersebur disudut alun-alun. Terdapat juga air mancur yang dapat
dimainkan anak-anak. Dan tidak lupa monumen apel dan air mancurnya menjadi
maskot alun-alun ini. Hal ini sesuai dengan buah apel sebagai komoditas buah
utama di kota wisata ini. Demikianlah pemandangan yang dapat kita lihat di
pusat Kota Batu.
Kota
Batu memiliki 3 buah gunung yang telah dikenal dan diakui secara nasional.
Gunung-gunung tersebut ialah Gunung Panderman (2010 m), Gunung Welirang (3156
m) Gunung Arjuno (3339 m) dan masih banyak lagi. Dengan kondisi topografi
pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu sebagai daerah dingin.
Temperatur rata-rata Kota Batu 21,5 ° C, dengan temperatur tertinggi 27,2° C dan
terendah 14,9°C. Kondisi tersebut membuat kota batu cocok sabagi daerah
kepariwisataan.
Setelah
memisahkan wilayah dengan wilayah Kabupaten Malang pada tahun 2001 silam,
pemerintah Kota Wisata Batu semakin mengembangkan kepariwisataan di kota
tersebut. Berbagai wisata alam sebagai contoh pemandian air panas Cangar,
wisata olahraga paralayang yang mengambil lokasi di Gunung Banyak, yang menurut
para atlet dan para pengunjungpemandangannya adalah yang paling bagus se-Asia
telah banyak mengundang minat para pengunjung. Potensi lain yang telah
dikembangkan diantaranya wisata bunga di Desa Sidomulyo, puluhan Goa Peninggalan
Jepang, Jatim Park 1, Jatim Park 2, Batu Night Spektakuler, Eco Green Park dan
lain sebagainya.
Potensi
kepariwisataan yang semakin berkembang tersebut menggelitik ambisi para
investor untuk menginvestasikan bisnisnya dalam bidang kepariwisataan di Kota
Batu. Selain itu, para pihak-pihak swasta berbondong-bondong membangun
perhotelan, villa, restaurant, tempat penginapan bahkan bar dan tempat karaoke
keluarga. Di setiap sudut kota tidak sulit kita temui sejumlah penginapan yang
menawarkan fasilitas sederhana hingga mewah. Perumahan pun berlomba-lomba di
bangun di setiap titik pusat kota hingga pinggiran kota.
Kawasan
yang sangat strategis ini, mewujudkan obsesi transisi Kota Batu menjadi Kota
metropolis. Sektor kepariwisataan, perhotelan dan restoran menjadi penyangga
sekitar 45% kegiatan ekonomi daerah. Keindahan alam dan berbagai tempat tujuan
wisata disekitar Batu mampu menyedot pemasukan tersendiri dengan menghadirkan
jutaan wisatawan lokal maupun mancanegara setiap bulannya.
Seiring
dengan perkembangan yangs angat pesat tersebut, muncul pertanyaan apakah
pembangunan berbagai sarana prasarana kepariwisataan tersebut sesuai dengan
Amdal kota Batu? apakah dengan pembangunan kepariwisataan tersebut Ruang
Terbuka Hijau Kota Batu tidak terganggu? Apakah lingkungan perbukitan masih
kokoh pada kedudukannya dan tidak terganggu? Bagaimanakah sanitasi limbah
dampak pembangunan tersebut? Bagaimanakah
drainase di kota tersebut?
Seharusnya
pembangunan kawsan tersebut diikuti dengan pelestarian lingkungan Kota Wisata
Batu agar kedepannya Kota tersebut masih bertahan manjadi kota yang “pantas”
dijadikan kota pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar