I.
JUDUL
Tentang
Preparat Gosok Femur Tikus Putih
(Rattus
norvegicus)
II.
TUJUAN
Untuk
mengetahui anatomi tulang femur tikus
putih (Rattus
norvegicus) dan struktur penyusunnya secara melintang dan membujur serta
untuk mengetahui cara atau teknik pembuatan preparat dengan metode gosok.
III.
METODE
3.1
Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat
ü Beaker glass
ü Kompor
ü Mikroskop
ü Kaca Penutup
ü Kaca
benda
ü Batu asahan
ü Pipet tetes
ü Pisau
3.1.2
Bahan
ü Femur
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
ü Entelen
ü Aquadest
ü Xylol
ü Alkohol absolut
ü Ether
3.2 Prosedur
Kerja
1.
Menyiapkan tulang yang
akan digunakan sebagai bahan preparat gosok, dan mengambil pada bagian femur
tulang (tulang yang digunakan adalah femur)
2.
Merebus tulang yang
akan digunakan sesuai dengan jenis tulangnya. Setelah ditiriskan menunggu femur
tersebut sampai kering
3.
Menggergaji femur
secara melintang dan secara membujur
4.
Menggosokkan tulang
yang telah digergaji tersebut, pada batu asahan yang rata supaya tipisnya rata,
diharapkan sangat berhati-hati karena tulang yang sudah tipis sangat rapuh.
5.
Memasukkan tulang yang
telah diasah sampai tipis tadi, ke dalam alkohol absolute selama ± 15 menit
6.
Menetesi dengan xylol murni selama 5 menit
7.
Melakukan pengamatan
terlebih dahulu, dengan menggunakan mikroskop.
8.
Menutup dan menempel
dengan enthelen
9.
Melakukan pelabelan
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Tikus Putih
(Rattus norvegicus)
5.1.1
Klasifikasi
Ilmiah Tikus Putih
(Rattus norvegicus)
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus (Nurhayati, 2004).
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus (Nurhayati, 2004).
5.1.2
Morfologi
Tikus
Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit
bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna,mudah dipelihara, dan
merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian.
Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat
150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan
badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih
dari 20-23 mm. Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan
tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari
badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan
ekor yang lebih pendek, dan galur Long evans yang lebih
kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh
bagian depan (Syamsuri, 2004).
5.2 Preparat Gosok
Tikus
Putih (Rattus norvegicus)
5.2.1 Preparat Gosok
Metode gosok adalah suatu cara pembuatan
sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin. Metode ini dapat dipakai untuk pembuatan sediaan tulang,
dan jaringan keras lainnya dari organ hewan dalam hal ini adalah tulang. Oleh
karena itu metode ini dapat diaplikasikan bukan hanya untuk pembuatan preparat
hewan tetapi juga untuk preparat tumbuhan yang sifatnya keras (Maskoeri, 2009).
Metode ini umumnya
digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan
kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat
sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata.
Penggosokan ini dilakukan
dengan amplas yang
tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang
merata disetiap permukaan sediaan. Ketebalan yang tidak merata akan menggangu
dalam proses penempelan entelan pada kaca benda akibatnya kaca penutup akan
pecah jika permukaannya tidak rata (Wahyuni, 2009).
Perlakuan pada preparat gosok antara lain
dengan beberapa pemberian larutan yang
memiliki fungsi tertentu. Perlakuan tersebut terdiri dari perendaman pada
alkohol absolut untuk mendehidrasi air dan xylol untuk pencerahan preparat.
Faktor Kegagalan
a. Waktu dan lamanya perebusan
b. Suhu perebusan dalam panci
c. Ketelitian dalam menggosok tulang
d. Kehalusan tulang
e. Kebersihan alat penggosok dan tangan
f. Penjernihan
dengan xylol
Faktor Keberhasilan
a. Waktu dan lamanya perebusan
b. Suhu perebusan dalam panci
c. Ketelitian dalam menggosok tulang
d. Kehalusan tulang
e. Kebersihan alat penggosok dan tangan
f. Penjernihan
dengan xylol
5.2.2
Tulang
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari
suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistem
pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm (Anonymous, 2011).
Pola
bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari
puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau
kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut
juga skeleton (kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang
rawan (cartilago) dan ligament (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk
dalam endoskeleton. Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton), antara
lain :
a)
Sebagai penunjang tubuh
b)
Untuk memberi bentuk
pada hewan
c)
Sebagai
tempat melekatnya urat daging (otot)
d)
Untuk melindungi
(proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak
e)
Sebagai
cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh
f) Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama
dengan otot-tot yang bertaut
padanya.
Perbedaan jumlah
ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor
umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi
dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas
tulang tumbuh menyatu (synostosis). Ditinjau dari
bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a)
Ossa longa/tulang
panjang (long bone)
Tulang yang berbentuk panjang, silindris
seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum
medullare (rongga sumsum).
b)
Ossa
plana/tulang pipih (flat bone)
Tulang yang
berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai
pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae, ossa
crania.
c)
Ossa
brevia/tulang pendek (short bone)
Tulang-tulang
berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya
berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah
benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa
tarsi).
d)
Ossa irregularis/tulang
tak beraturan (irregular bone)
Tulang-tulang
yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik.
Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal,
misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya (Syamsuri, 2004).
5.3 Analisis Hasil Pengamatan
Pembuatan
preparat dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus
norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat,
yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang. Pada penampang
membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan
pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel,
lamella havers dan canalis harvers
dan osteosit. Beberapa kesulitan yang kami hadapi
dalam pratikum gosok, antara lain :
a.
Dibutuhkan ketelitian
dalam mengiris femur, karena dikhawatirkan femur patah pada saat pengirisan.
b.
Dibutuhkan ketelitian,
kehati-hatian serta kesabaran ketika menggosok tulang, karena tulang yang sudah
tipis akan mudah patah.
Informasi umum
dalam pembuatan preparat gosok ini, antara lain:
1.
Perebusan
femur dilakukan selama ± 6 jam (sesuai dengan jenis tulang yang digunakan)
dengan menggunakan panci.
2.
Perebusan
dilakukan sehari sebelum perlakuan.
Hal lain, yang perlu diperhatikan
pada saat membuat preparat gosok ini, yaitu jenis tulang yang digunakan, proses
perebusan tulang, proses pemotongan, proses pengasahan tulang, karena semua ini
akan dapat mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat ini. Namun, preparat
tulang pada praktikum ini, sudah dapat dikatakan berhasil, karena sudah
ditemukan bagian-bagian yang akan diamati dari hasil preparat gosok ini,
seperti kanali havers, canalis volkman,
osteosit dan lamella
havers.
VI.
KESIMPULAN
ü
Metode gosok adalah
suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan
digosok setipis mungkin.
ü
Metode gosok
umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan
kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat
sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata.
ü
Penggosokan dilakukan
dengan amplas yang
tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang
merata disetiap permukaan sediaan.
ü
Perlakuan pada
preparat gosok antara lain dengan
beberapa pemberian larutan yang memiliki fungsi tertentu. Perlakuan
tersebut terdiri dari perendaman pada alkohol absolut untuk mendehidrasi air
dan xylol untuk pencerahan preparat.
ü
Osteologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh
atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa
embrional.
ü
Pembuatan preparat
dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus
norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat,
yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang.
ü
Pada penampang
membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan
pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel,
lamella havers dan canalis harvers
dan osteosit.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner.
2005. Anatomi. UI
Press: Jakarta
Maskoeri, Jasin. 2009.
Sistematik Hewan (Invertebrata dan
Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya
Nurhayati.
2004. Diktat Struktur Hewan. FMIPA ITS: Surabaya.
Subowo. 2005.
Histologi umum. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsuri,
Istamar. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta
Wahyuni sri, 2008. Mikroteknik. UMM Press; Malang.
Wahyuni sri, 2009. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. UMM
Press; Malang.
VIII.
LAMPIRAN
8.1 Teknik Gosok Sebagai Media
Pembelajaran
Tingkat/Kelas/Semester
|
SK
|
KD
|
SMP
Kelas
VIII, Semester 1
|
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
|
1.3
Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan
|
SMA
Kelas
XI, Semester 1
|
3. Menjelaskan
struktur dan fungsi organ manusia dan
hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya
pada Salingtemas
|
3.1 Menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia
|
Tingkat/
Semester
|
Mata
Kuliah
|
Materi
|
Perguruan
Tinggi / II
|
Histologi
|
Jaringan
Penyangga (tulang dewasa)
|
Perguruan
Tinggi/ VI
|
Mikroteknik
|
Teknik
Preparat Gosok
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar