Senin, 30 Desember 2013

Preparat Gosok Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)



I.         JUDUL
       Tentang Preparat Gosok Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)
II.      TUJUAN
Untuk mengetahui anatomi tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dan struktur penyusunnya secara melintang dan membujur serta untuk mengetahui cara atau teknik pembuatan preparat dengan metode gosok.
III.   METODE
3.1     Alat dan Bahan
3.1.1             Alat
ü    Beaker glass
ü    Kompor
ü    Mikroskop
ü    Kaca Penutup
ü    Kaca benda
ü    Batu asahan
ü    Pipet tetes
ü    Pisau
3.1.2             Bahan
ü    Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)
ü    Entelen
ü    Aquadest
ü    Xylol
ü    Alkohol absolut
ü    Ether

3.2            Prosedur Kerja
1.        Menyiapkan tulang yang akan digunakan sebagai bahan preparat gosok, dan mengambil pada bagian femur tulang (tulang yang digunakan adalah femur)
2.        Merebus tulang yang akan digunakan sesuai dengan jenis tulangnya. Setelah ditiriskan menunggu femur tersebut sampai kering
3.        Menggergaji femur secara melintang dan secara membujur
4.        Menggosokkan tulang yang telah digergaji tersebut, pada batu asahan yang rata supaya tipisnya rata, diharapkan sangat berhati-hati karena tulang yang sudah tipis sangat rapuh.
5.        Memasukkan tulang yang telah diasah sampai tipis tadi, ke dalam alkohol absolute selama  ± 15 menit
6.          Menetesi dengan xylol murni selama 5 menit
7.        Melakukan pengamatan terlebih dahulu, dengan menggunakan mikroskop.
8.        Menutup dan menempel dengan enthelen
9.          Melakukan pelabelan
V.           HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1                   Tikus Putih (Rattus norvegicus)
5.1.1             Klasifikasi Ilmiah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
                                         
Spesies : Rattus norvegicus
(Nurhayati, 2004).
5.1.2        Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna,mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm. Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Syamsuri, 2004).
5.2       Preparat Gosok Tikus Putih (Rattus norvegicus)
5.2.1     Preparat Gosok
Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin. Metode ini dapat dipakai untuk pembuatan sediaan tulang, dan jaringan keras lainnya dari organ hewan dalam hal ini adalah tulang. Oleh karena itu metode ini dapat diaplikasikan bukan hanya untuk pembuatan preparat hewan tetapi juga untuk preparat tumbuhan yang sifatnya keras (Maskoeri, 2009).
Metode ini umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan  merata.  Penggosokan  ini  dilakukan  dengan  amplas  yang  tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata disetiap permukaan sediaan. Ketebalan yang tidak merata akan menggangu dalam proses penempelan entelan pada kaca benda akibatnya kaca penutup akan pecah jika permukaannya tidak rata (Wahyuni, 2009).
                 Perlakuan pada preparat gosok antara lain dengan  beberapa pemberian larutan yang memiliki fungsi tertentu. Perlakuan tersebut terdiri dari perendaman pada alkohol absolut untuk mendehidrasi air dan xylol untuk pencerahan preparat.

     Faktor Kegagalan
a.     Waktu dan lamanya perebusan
b.     Suhu perebusan dalam panci
c.     Ketelitian dalam menggosok tulang
d.    Kehalusan tulang
e.     Kebersihan alat penggosok dan tangan
f.        Penjernihan dengan xylol
     Faktor Keberhasilan
a.     Waktu dan lamanya perebusan
b.     Suhu perebusan dalam panci
c.     Ketelitian dalam menggosok tulang
d.    Kehalusan tulang
e.     Kebersihan alat penggosok dan tangan
f.         Penjernihan dengan xylol

5.2.2  Tulang           
   Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistem pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm (Anonymous, 2011).
   Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligament (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton. Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton), antara lain :
a)                        Sebagai penunjang tubuh
b)                        Untuk memberi bentuk pada hewan
c)                        Sebagai tempat melekatnya urat daging (otot)
d)                       Untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak
e)                        Sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh
f) Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang  bertaut padanya.
Perbedaan jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis). Ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a)                        Ossa longa/tulang panjang (long bone)
Tulang yang berbentuk panjang, silindris seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum medullare (rongga sumsum).
b)                        Ossa plana/tulang pipih (flat bone)
Tulang yang berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae, ossa crania.
c)                        Ossa brevia/tulang pendek (short bone)
Tulang-tulang berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa tarsi).
d)                       Ossa irregularis/tulang tak beraturan (irregular bone)
Tulang-tulang yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik. Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal, misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya (Syamsuri, 2004).
5.3     Analisis Hasil Pengamatan
Pembuatan preparat dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat, yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang. Pada penampang membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel, lamella havers dan canalis harvers dan osteosit. Beberapa kesulitan yang kami hadapi dalam pratikum gosok, antara lain :
a.                    Dibutuhkan ketelitian dalam mengiris femur, karena dikhawatirkan femur patah pada  saat pengirisan.
b.                   Dibutuhkan ketelitian, kehati-hatian serta kesabaran ketika menggosok tulang, karena tulang yang sudah tipis akan mudah patah.
Informasi umum dalam pembuatan preparat gosok ini, antara lain:
1.                   Perebusan femur dilakukan selama ± 6 jam (sesuai dengan jenis tulang yang digunakan) dengan menggunakan panci.
2.                                           Perebusan dilakukan sehari sebelum perlakuan.
             Hal lain, yang perlu diperhatikan pada saat membuat preparat gosok ini, yaitu jenis tulang yang digunakan, proses perebusan tulang, proses pemotongan, proses pengasahan tulang, karena semua ini akan dapat mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat ini. Namun, preparat tulang pada praktikum ini, sudah dapat dikatakan berhasil, karena sudah ditemukan bagian-bagian yang akan diamati dari hasil preparat gosok ini, seperti kanali havers, canalis volkman, osteosit dan lamella havers.

VI.               KESIMPULAN

ü     Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin.
ü     Metode gosok umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan  merata. 
ü     Penggosokan  dilakukan  dengan  amplas  yang  tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata disetiap permukaan sediaan.
ü     Perlakuan pada preparat gosok antara lain dengan  beberapa pemberian larutan yang memiliki fungsi tertentu. Perlakuan tersebut terdiri dari perendaman pada alkohol absolut untuk mendehidrasi air dan xylol untuk pencerahan preparat.
ü     Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional.          
ü     Pembuatan preparat dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat, yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang.
ü     Pada penampang membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel, lamella havers dan canalis harvers dan osteosit.





VII.  DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Pertulangan. (Online) http://ddsynt.blogspot.com. Diakses tanggal 22 april 2013

Gardner. 2005. Anatomi. UI Press: Jakarta
Maskoeri, Jasin. 2009. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya
Nurhayati. 2004. Diktat Struktur Hewan. FMIPA ITS: Surabaya.
Subowo. 2005. Histologi umum. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta
Wahyuni sri, 2008. Mikroteknik. UMM Press; Malang.
Wahyuni sri, 2009. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. UMM Press; Malang.

VIII.                      LAMPIRAN
8.1 Teknik Gosok Sebagai Media Pembelajaran
Tingkat/Kelas/Semester
SK
KD

SMP
Kelas VIII, Semester 1
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

1.3  Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


SMA
Kelas XI, Semester 1 

3.   Menjelaskan struktur dan fungsi  organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

3.1  Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia


Tingkat/ Semester
Mata Kuliah
Materi
Perguruan Tinggi / II
Histologi
Jaringan Penyangga (tulang dewasa)
Perguruan Tinggi/ VI
Mikroteknik
Teknik Preparat Gosok


Tidak ada komentar:

Posting Komentar