Senin, 30 Desember 2013

Aplikasi Bioteknologi Pengendalian Serangga Parasit dengan Metode Cytoplasmic Incompatibility




Nur Aisyah
Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318

Abstract
Insects develop from eggs that are formed in the ovaries female insects. Reproductive capacity of the insects under normal circumstances is generally very large. This adverse event given the presence of the parasite in the insect parasitic insects that can menggganggu survival of other organisms. But behind the survival of insects that sting quickly terssebut, breeding insects are often infected by certain bacteria and damage in the egg cytoplasm or commonly known as cytoplasmic incompatibility. Cytoplasmic incompatibility causing death and impaired embryonic development in insects. This event can be used as a biological control of insect parasites.
Key word: cytoplasmic incompatibility, parasitoids, insects


Abstraksi
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Hal tersebut merugikan apabila terjadi pada serangga parasit mengingat keberadaan serangga parasit yang dapat menggganggu kelangsungan hidup organisme lain. Namun dibalik kelangsungan hidup serangga yang sengat cepat terssebut, perkembangbiakan serangga seringkali terinfeksi oleh bakteri tertentu sehingga merusak sitoplasma di sel telur atau biasa disebut sebagai Cytoplasmic incompatibility. Cytoplasmic incompatibility menyebabkan perkembangan embrio terganggu dan kematian pada serangga. Peristiwa ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati serangga parasit.
Kata kunci : Cytoplasmic incompatibility, parasitoid, serangga











Pendahuluan


Serangga merupakan hewan yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Keberadaaannya di pedesaan maupun perkotaan telah ada sejak bebera abad silam. Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga keluar (manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik.
            Perkembangbiakan serangga yang sedemikian cepatnya sangat merugiakan apabila itu terjadi pada serangga parasit. Serangga parasit merupakan serangga yang merugikan bagi kelangsungan hidup organisme lain.
Pembahasan
Serangga parasit
            Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky  (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera.
. Rata-rata dari serangga predator memiliki perkembangan Metamorfosis tidak sempurna dan metamorfosis sempurn, metemorfosis tidak sempurna (Hemimetabola) hemimetabola memiliki cara hidup yang hampir sama dengan paurometabola, hanya habitat dari serangga pradewasanya berbeda dengan imagonya. Stadia dalam perkembangan hidupnya terdiri dari telur, naiad, dan imago. Serangga pradewasa disebut dengan istilah naiad. Naiad hidup diair, dan mempunyai alat bernafas semacam insang sedangkan habitat imago habitatnya di darat atau di udara. Serangga yang memiliki perkembangan hemimetabola adalah ordo Odonata (Capung) (Reo, 2009).

Reproduksi serangga
Sistem reproduksi betina terdiri dari sepasang gonand atau ovari (ovary), yang dihubungkan oleh tabung-tabung ke vagina yang mempunyai bukaan di luar. Ovari memproduksi telur dan terdiri dari beberapa sampai banyak ovariol, yang merupakan unit yang fungsional. Pada ujung ovari terdapat benang terminal (terminal filament) yang merupakan kumpulan dari benang-benang ovariol. Pada dasar ovariol ada saluran pendek-kecil disebut pedisel (pedicel).  Tiap ovariol dari ovari (satu ovari) bermura di kaliks (calyx) dan kaliks berhubungan dengan saluran telur lateral (lateral duct). Dua saluran telur lateral, masing-masing dari ovari kiri dan kanan, bertemu menyatu di saluran telur bersama (common oviduct). Saluran telur bersama berhubungan dengan bursa kopulatriks (bursa copulatrix) atau vagina yang mempunyai bukaan di luar. Spermateka (spermatheca) atau kantung sperma umumnya tidak berpasangan, bermuara di vagina atau saluran telur bersama. Kelenjar penyerta dapat berpasangan atau hanya satu juga bermuara di vagina atau di saluran telur bersama. Umumnya memproduksi bahan likat untuk menempelkan telur pada substrat atau bahan pembungkus telur-telur menjadi paket telur, misalnya ooteka belalang sembah (Mantidae), belalang lapangan (Acrididae) dan lipas (Blattidae).
Oogenis merupakan pembentukan telur terjadi di dalam ovariol.
Proses oogenesis ini dapat terselesaikan sebelum atau sesudah serangga menjadi imago. Germarium terdapat di ujung ovariol dan vitelarium di pangkalnya. Germarium mengandung sel-sel lembaga disebut oogonia yang membagi diri secara mitosis  dan menjadi oosit nantinya. Tiap oosit yang sedang berkembang diselubungi oleh sel epitel folikel; oosit dan lapisan sel epitel itu adalah folikel. Jika sel telur telah matang maka telur itu bergerak ke luar dari ovariol; proses ini disebut ovulasi. Sel-sel epitel tertinggal di dalam ovariol dan akhirnya hancur.

Metode Cytoplasmic Incompatibility
Cytoplasmic Incompatibility sejatinya merupakan perkawinan strain serangga yang menyebabkan sitoplasma sel telur tidak dapat ditembus oleh sel sperma sehingga tidak dapat terjadi pembuahan.
Cytoplasmic Incompatibility (CI) adalah peristiwa dimana sel sperma tidak dapat menghasilkan keturunan yang normal. Cytoplasmic Incompatibility disebabkan oleh  perubahan sel gamet akibat parasit intraseluler seperti Wolbachia menginfeksi berbagai spesies serangga. Ketidakcocokan reproduksi disebabkan oleh bakteri yang berada dalam sitoplasma sel inang inilah disebut sebagai Cytoplasmic Incompatibility. Pada tahun 1971, Janice Yen dan A. Ralph Barr dari UCLA menunjukkan hubungan antara infeksi Wolbachia dan Cytoplasmic Incompatibility dalam nyamuk Culex ketika mereka menemukan bahwa telur mati ketika telur yang yang tidak terinfeksi dibuahi sperma yang terinfeksi Wolbachia (Wikipedia, 2013)
Dalam organisme diploid CI menyebabkan kematian embrio. Sebaliknya, CI di haplodiploid host dapat menyebabkan haploid (dan dengan demikian pria) keturunan.  Spesies terkait erat tawon Nasonia menunjukkan kematian embrio serta pengembangan pria di antara salib tidak kompatibel. Di N. vitripennis, bagaimanapun, sebagian besar embrio CI diubah menjadi laki-laki.
Model verbal yang paling tepat menggambarkan CI telah disebut "modifikasi / penyelamatan", di mana faktor yang penting untuk perkembangan normal embrio serangga yang diubah dalam sel sperma dan dapat diselamatkan hanya jika strain terkait ada dalam telur. Dalam oosit yang terbuahi secara acak dari Drosophila atau tawon parasit Nasonia vitripennis, CI Wolbachia mengarah ke asynchrony dari waktu kondensasi kromosom ibu dan ayah dan segregasi selama pembelahan mitosis pertama embrio, sehingga mengganggu perkembangan embri. Namun, dasar molekul CI dalam mikroba uncultivable masih belum diketahui.
Genome analisis dan ekspresi gen dari studi beragam Wolbachia strain CI telah mengungkapkan sejumlah gen dengan peran potensial dalam CI, tetapi ketidakmampuan kita untuk menumbuhkan bakteri ini dalam lingkungan host-bebas, kurangnya metode untuk memanipulasi genetik Wolbachia, dan tidak adanya independen berkembang CI garis keturunan yang dapat digunakan untuk membuat perbandingan telah membatasi kemajuan di daerah ini. Di sini kita menggambarkan genom dari Simbion CI-inducing hanya dikenal yang jauh terkait dengan Wolbachia. Cardinium hertigii adalah anggota dari Bacteroidetes, dan strain cEper1 menginfeksi tawon parasit Encarsia pergandiella menyebabkan CI. Tuan rumah lebah kecil parasit (~ 18 mg, 1/1000 dari berat Drosophila sp.) Bertelur di whiteflies, dan tawon larva berkembang pada biaya whiteflies ', muncul sebagai orang dewasa dari whitefly tetap. Strain Cardinium terkait juga telah ditemukan dalam kelompok arthropoda Hymenoptera, Hemiptera, Diptera, Protura, Acari dan Araneae, dan 6-7% diperkirakan dari semua arthropoda terinfeksi dengan bakteri. Analisis terbaru juga menempatkan Simbion nematoda 'Candidatus Paenicardinium endonii' dalam clade Cardinium, dan Cardinium sebagai kelompok adik ke Acanthamoeba endosimbion Amoebophilus asiaticus.

Mekanisme Seluler
Wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda.  Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi), kematian pada hewan jantan, dan feminisasi (perubahan serangga jantan menjadi betina).  Bakteri ini tergolong ke dalam gram negatif, berbentuk batang, dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh inangnya. Berdasarkan studi filogenomik, Wolbachia dikelompokkan menjadi 8 kelompok utama (A-H). Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam jaringan dan organ reproduksi hewan serta pada jaringan somatik. Inang yang terinfeksi dapat mengalami inkompatibilitas (ketidakserasian) sitoplasma, yaitu suatu fenomena penyebaran faktor sitoplasma yang umumnya dilakukan dengan membunuh progeni (keturunan) yang tidak membawa/mewarisi faktor A
Ada 2 peristiwa berbeda yang mengiringi manipulasi induksi Cytoplasmic Incompatibility. Pertama terjadi ketika Wolbachia menginfeksi spermatogenesis. Tahap ini dinamakan sebagai modifikasi. Karen Wolbachia tidak tinggal dari sel sperma dewasa, namun mengikuti proses perkembangan serangga menjadi dewasa, maka modifikasi harus terjadi di akhir pembentukan spermatogenesis. Peristiwa kedua dinamakan perlindungan, yakni terjadi pada saat fertilisasi sel telur dimana kehadiran Wolbachia mencegah CI dari terjadi. Selama strain Wolbachia dalam telur dan sel sperma sesuai, efek berbahaya tidak dapat diamati pada tingkat sel
Konsekuensi utama dari CI adalah entri tertunda ke mitosis dari pronukleus jantan. Sebagai konsekuensi sekunder, yang berasal dari ketidaksinkronnya ini, kromosom ayah tidak sesuai pada pelat metafase selama mitosis pertama. Akibatnya, hanya kromosom ibu memisahkan normal, menghasilkan embrio haploid penyelamatan CI oleh telur yang terinfeksi mengarah ke pemulihan sinkroni antara perempuan dan pronukleus pria.
Mekanisme yang tepat tentang bagaimana Wolbachia melakukan modifikasi dan penyelamatan tidak diketahui.

Implikasi evolusioner
CI, seperti yang dijelaskan oleh Werren, menghasilkan tekanan seleksi pada perempuan yang tidak terinfeksi, perempuan yang terinfeksi bisa kawin dengan laki-laki baik tidak terinfeksi dan laki-laki yang terinfeksi, tetapi perempuan yang tidak terinfeksi tidak bisa kawin dengan laki-laki yang terinfeksi. Sebagai Wolbachia hanya ditularkan oleh perempuan, mekanisme ini mendorong penyebaran Wolbachia dan karena itu terus Wolbachia dari sekarat keluar karena penularan tidak lengkap.

Spesiasi
Hal ini berspekulasi, bahwa CI dapat menyebabkan "spesiasi cepat" Ketika dua populasi dari spesies yang sama terinfeksi oleh dua strain Wolbachia A dan B, mereka mungkin tidak kompatibel dan persilangan antara dua populasi menyebabkan hadirnya ketururnan yang cacat. Dengan demikian aliran gen antara dua populasi ini terganggu, menyebabkan pemisahan konstan dalam pembangunan dan, akhirnya, untuk spesiasi. Populasi berkembang ke titik di mana ketidakcocokan akan dipertahankan bahkan dalam ketiadaan Wolbachia. Patogen lain yang menyebabkan ketidakcocokan sitoplasma
Wolbachia tidak hanya bakteri mampu merangsang CI. Sebagai contoh, para peneliti telah menemukan bahwa infeksi oleh bakteri dari genus Cardinium juga dapat mengakibatkan CI.
Wolbachia menginfeksi Arthopoda
Arthropoda darat biasanya terinfeksi dengan bakteri simbion maternal bawaan yang menyebabkan ketidakcocokan sitoplasma (CI). Dalam CI, hasil persilangan antara Simbion terinfeksi jantan dan betina yang tidak terinfeksi menyebabkan kegagalan reproduksi. Simbion CI memiliki dampak besar pada struktur host genetik dan ekologi dan dapat menyebabkan spesiasi dan evolusi yang cepat dari sistem penentuan seks.
Cardinium hertigii, anggota dari Bacteroidetes dan Simbion dari tawon parasit Encarsia pergandiella, adalah bakteri hanya diketahui selain Wolbachia dan Alphaproteobacteria menyebabkan CI. Di sini kita melaporkan urutan genom Cardinium hertigii cEper1. Perbandingan dengan genom CI-merangsang Wolbachia pipientis strain wMel, WRI, dan wPip memberikan kesempatan unik untuk menentukan protein bersama mediasi interaksi sel inang, termasuk beberapa protein calon CI yang sebelumnya belum pernah diselidiki. Genom Cardinium memiliki semua jalur biosintesis utama tetapi pelabuhan jalur biosintesis biotin lengkap, menunjukkan peran potensial untuk Cardinium dalam nutrisi inang. Cardinium memiliki sistem protein sekresi dikenal tetapi mengkodekan sistem fag yang diturunkan sekresi diduga jauh terkait dengan profag antifeeding dari entomophila Serratia entomopatogen. Terakhir, sedangkan Cardinium dan Wolbachia genom menunjukkan hanya tumpang tindih fungsional protein, mereka menunjukkan tidak ada bukti unsur lateral ditransfer yang akan menyarankan nenek moyang umum CI di kedua garis keturunan. Sebaliknya, genomik komparatif menunjukkan evolusi independen CI di Cardinium dan Wolbachia dan menyediakan konteks baru untuk memahami dasar mekanistik dari CI.

Arthropoda Banyak terinfeksi dengan bakteri simbion yang ditransmisikan maternal dan memiliki dampak yang besar pada biologi host mereka, ekologi, dan evolusi. Salah satu fenotipe paling umum fakultatif simbion tampaknya ketidakcocokan sitoplasma (CI), jenis kegagalan reproduksi di mana bakteri pada laki-laki memodifikasi sperma dengan cara yang mengurangi keberhasilan reproduksi pasangan wanita yang tidak terinfeksi. Meskipun cukup menarik, dasar genetik untuk CI sebagian besar tidak diketahui. Cardinium hertigii, Simbion tawon parasit kecil, adalah satu-satunya kelompok bakteri selain Wolbachia dipelajari dengan baik yang diketahui menyebabkan CI. Analisis genom Cardinium menunjukkan bahwa CI berkembang secara mandiri dalam Wolbachia dan Cardinium. Namun, suite protein bersama yang kemungkinan terlibat dalam mediasi interaksi sel inang, dan CI menunjukkan tumpang tindih fungsional di kedua garis keturunan. Analisis kami menunjukkan adanya sistem fag yang diturunkan tidak biasa, sekresi putatif dan mengungkapkan bahwa Cardinium mengkodekan jalur biosintesis yang menunjukkan peran potensial dalam nutrisi inang. Temuan kami memberikan konteks perbandingan baru untuk memahami dasar mekanistik dari CI dan secara substansial meningkatkan pengetahuan kami pada simbion manipulator reproduksi yang tidak hanya sangat mempengaruhi struktur genetik populasi arthropoda tetapi juga dapat berfungsi sebagai alat yang kuat dalam pengelolaan hama.
Daftar Pustaka
Musbikin, Imam. 2001. Qowa’id al-Fiqhiyah.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1990.  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha putra.
Musthafa, Aziz dan Imam Musbikin. 2001.  Kloning manusia Abad XXI Antara Harapan, Tantangan dan pertentangan.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Masduki, M. 1997.  Kloning Menurut Pandangan Islam.  Pasuruan: Garoeda.
Mumpuni. N. P. 2009. Diktat Kuliah Pengantar Bioteknologi. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar