Pangan
Kita pasti sering mendengar istilah
pangan. Kita mengerti, namun terkadang untuk mendefinisikan memang dibutuhkan
pengertian yang lebih mendalam tentang pangan. Secara umum, pangan bisa
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai pangan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
makanan atau minuman (Permen RI No 28 tahun 2004 tentang pangan). Sedangkan, produksi
pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah
bentuk pangan. Dalam proses produksi pangan ini kita dituntut untuk
menghasilkan pangan yang aman untuk dikonsumsi.
Pangan
yang aman dikonsumsi merupakan pangan yang tidak
mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan
manusia misalnya saja bahan yang dapat menimbulkan penyakit atau keracunan.
Aman atau layak konsumsi adalah pangan tersebut keadaannya normal, tidak
menyimpang seperti busuk, kotor, menjijikkan dan penyimpangan lainnya
(Heru,2012). Untuk memperoleh makanan yang aman dikonsumsi maka dibutuhkan
kemanan pangan. Keamanan pangan adalah adanya kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang
tidak mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Pangan dibedakan atas pangan segar
dan pangan olahan :
- Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belu mengalami
pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan
pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.
- Pangan olahan tertentu
Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan
yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.
- Pangan siap saji
Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah
diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha
atas dasar pesanan.
Definisi pangan fungsional menurut
Badan POM adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah
dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi
kesehatan. Serta dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman,
mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa
yang dapat diterima oleh konsumen. Selain tidak memberikan kontraindikasi dan
tidak memberi efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap
metabolisme zat gizi lainnya.
Golongan senyawa yang dianggap
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu di dalam pangan fungsional adalah
senyawa-senyawa alami di luar zat gizi dasar yang terkandung dalam pangan yang
bersangkutan, yaitu: (1) serat pangan (deitary fiber), (2) Oligosakarida, (3)
gula alkohol (polyol), (4) asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty
acids = PUFA), (5) peptida dan protei tertentu, (6) glikosida dan isoprenoid,
(7) polifenol dan isoflavon, (8) kolin dan lesitin, (9) bakteri asam laktat,
(10) phytosterol, dan (11) vitamin dan mineral tertentu.
Meskipun mengandung senyawa yang
bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet,
atau bubuk yang berasal dari senyawa alami (Badan POM, 2001). Pangan fungsional
dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap penyakit bersifat kuratif,
maka pangan fungsional hanya bersifat membantu pencegahan suatu penyakit.
Kesehatan
Secara umum definisi kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(UU No.23 Th 1992 Tentang Kesehatan).
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan
adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam
Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan
adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan
adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.
Pada dasarnya kesehatan itu meliputi
empat aspek (Anonymous,2012), antara lain :
- Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
- Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
·
Pikiran sehat tercermin dari
cara berpikir atau jalan pikiran.
·
Emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira,
kuatir, sedih dan sebagainya.
·
Spiritual sehat tercermin dari
cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
- Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
- Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi
tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.Pengaruh Pangan Terhadap Kesehatan
Program peningkatan ketahanan pangan
dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan
sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun ditingkat masyarakat.
Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan
ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein lemak dan vitamin serta
mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. Ketahanan pangan
diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia
setiap saat di semua daerah, mudah memperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang
terjangkau (Deptan, 2012).
Dalam kehidupan modern ini, filosofi
makan telah mengalami pergeseran, di mana makan bukanlah sekadar untuk kenyang,
tetapi yang lebih utama adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan kebugaran
yang optimal. Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktivitas
fisik, dan bobot tubuh. Fungsi pangan yang demikian dikenal dengan istilah
fungsi primer (primary function).
Selain memiliki fungsi primer, bahan
pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder (secondary function), yaitu memiliki penampakan dan cita rasa yang
baik. Sebab, bagaimanapun tingginya kandungan gizi suatu bahan pangan akan
ditolak oleh konsumen bila penampakan dan cita rasanya tidak menarik dan
memenuhi selera konsumennya. Itulah sebabnya kemasan dan cita rasa menjadi
faktor penting dalam menentukan apakah suatu bahan pangan akan diterima atau
tidak oleh masyarakat konsumen.
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap bahan
pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati
konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan
dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis
tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier
(tertiary function). Saat ini banyak
dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di dalam
tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol,
menurunkan kadar gula darah, meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain.
Semakin tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran seseorang terhadap kesehatan,
maka tuntutan terhadap ketiga fungsi bahan pangan tersebut akan semakin tinggi
pula (Astawan,2011).
Dewasa ini,
pengaruh gaya hidup modern ternyata juga memberi dampak pada pola makan
seseorang. Kebiasaan makan yang tidak teratur atau konsumsi makanan dalam porsi
berlebih kini sangat umum dilakukan dengan alasan kesibukan beraktivitas
sehingga tidak sempat memperhatikan pola makan. Akibatnya, belakangan ini
terjadi peningkatan angka kejadian timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan
oleh pola makan dan gaya hidup yang kurang baik. Contohnya adalah penyakit
kanker, diabetes, dan kelainan kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner
dan stroke yang merupakan beberapa penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Di
samping itu masih banyak lagi gangguan kesehatan seperti obesitas,
hiperuricemia dan hiperlipidemia (kadar asam urat dan kolesterol yang berlebih
dalam tubuh), serta tekanan darah tinggi yang timbul akibat ketidakpedulian
seseorang terhadap pengaturan diet.
Dengan
meningkatnya tingkat intelektualitas masyarakat, informasi mengenai masalah
kesehatan menjadi sebuah topik yang amat diminati. Saat ini mulai banyak
bermunculan isu-isu yang berhubungan dengan pengaturan pola makan. Sayangnya,
banjir informasi ini terkadang tidak disertai dengan dasar pengetahuan yang
cukup sehingga banyak orang yang tergoda untuk mengikutinya tanpa banyak
pertimbangan. Salah satu contohnya, saat ini kata ”diet” menjadi sebuah tren di
kalangan kaum remaja, khususnya remaja putri. Dengan alasan ingin menjaga berat
badan, berbagai metode diet pun dilakukan, mulai dari mengurangi atau bahkan
tidak mengkonsumsi nasi dan daging, sampai dengan mengurangi frekuensi makan
tiap harinya. Ada juga kontroversi mengenai pola makan vegetarian, baik dengan
alasan spiritual maupun kesehatan, yang sebenarnya merupakan gaya hidup yang
sangat baik asalkan dilakukan secara tepat dan penuh perhitungan
Pencegahan Berbagai Penyakit melalui Pola
Makan Sehat
Sehat merupakan hal yang sangat luar biasa nikmatnya bagi setiap
orang dan sakit merupakan hal yang paling menyengsarakan kita semua baik lahir
maupun batin karena pada saat kita sakit setiap makanan yang masuk ke dalam
mulut kita terasa tidak enak walaupun makanan itu adalah makanan yang sangat
enak sekalipun. Sehat merupakan hal yang tak ternilai harganya, salah satu cara
agar tubuh kita selalu sehat adalah dengan cara pola makan yang sehat. pola
makan yang sehat seharusnya sudah kita terapkan sejak kecil namun tidak ada
kata yang terlambat jika kita ingin merubah pola makan kita sekarang. Dengan
pola makan yang sehat ini berarti kita secara tidak langsung ikut menjaga tubuh
kuta dari serangan berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan pola makan yang sehat adalah kanker, kanker adalah salah satu
penyebab banyak kematian yang terjadi di banyak negara baik negara berkembang
maupun negara maju termasuk di Indonesia. Ada banyak hal yang diduga menjadi
pemicu munculnya kanker di dalam tubuh, dan salah satu di antaranya adalah pola
makan yang tidak baik. Kendati tidak semua kanker berkaitan dengan pola makan, namun
pola makan yang sehat sudah jelas akan menurunkan risiko terjadinya kanker. Di
samping itu, pola makan sehat juga terbukti bermanfaat mencegah terjadinya
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan kerusakan ginjal.
Berikut ini beberapa tips pola makan yang sehat yang dapat
digunakan:
1.
Perbanyak konsumsi bahan
makanan dari tumbuhan
Bahan makanan dari tumbuhan merupakan bahan makanan utama untuk
pencegahan kanker. Hal ini karena sayur dan buah merupakan sumber utama phytochemicals,
yaitu zat alamiah yang berfungsi melindungi tubuh dari pembentukan tumor.
Dengan mengkonsumsi 2-4 porsi buah-buahan dan 3-5 porsi sayur-sayuran,
diperkirakan akan menurunkan risiko kanker sebesar 20 %.
2.
Perbanyak jumlah serat dalam
makanan sehari-hari
Mengkonsumsi karbohidrat kompleks dan makanan berserat sebagai
pengganti karbohidrat sederhana (seperti tepung atau gula), merupakan pilihan
yang tepat untuk mencegah obesitas dan kanker. Serat yang terkandung dalam
sayur dan buah, tidaklah terdapat pada daging, susu, maupun minyak. Sedangkan
proses pemutihan tepung terigu justru akan menghilangkan kandungan serat
gandum.
Serat bermanfaat memperlambat waktu pencernaan makanan sehingga rasa
kenyang terasa lebih lama dan tubuh dapat menyerap zat gizi dari makanan dengan
baik. Serat juga berikatan dengan asam empedu yang mengandung kolesterol dan
akan mengeluarkannya dari tubuh lewat tinja, sehingga akhirnya kadar kolesterol
akan turun. Manfaat serat yang lainnya yang tak kalah penting adalah efek anti
sembelit yang dimilikinya, sehingga kesehatan usus menjadi lebih baik karena
buang air besar dapat dilakukan secara lancar setiap hari.
3.
Minimalkan penggunaan lemak
jenuh
Lemak jenuh yang terkandung pada produk hewani seperti daging, susu,
dan keju akan meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner. Bahan
pangan yang dapat digunakan untuk menggantikan lemak jenuh adalah minyak nabati
seperti minyak zaitun dan minyak canola yang mengandung lemak tak jenuh. Selain
mengurangi risiko penyakit, minyak nabati relatif tidak meningkatkan berat
badan.
4.
Variasi makanan
Susunlah menu makanan secara bervariasi, menggunakan berbagai jenis
sayur dan buah. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin, mineral dan
antioksidan yang alami. Antioksidan adalah penghancur radikal bebas yang ada
dalam tubuh. Radikal bebas berbahaya bagi sel tubuh dan berperan menimbulkan
kanker. Lingkungan yang tercemar, bahan makanan yang diawetkan serta asap rokok
merupakan contoh sumber radikal bebas di sekitar kita. Konsumsi bahan makanan
yang mengandung antioksidan akan menurunkan kadar radikal bebas di dalam tubuh
sehingga mencegah kerusakan jaringan tubuh dan terjadinya kanker.
5.
Bahan makanan alami
Pilihlah bahan makanan yang masih alami. Proses pengolahan bahan
pangan seringkali malah menghilangkan zat gizi dan nutrisi yang terkandung di
dalamnya. Riset para ahli telah menunjukkan bahwa zat gizi, nutrisi, dan
antioksidan dari bahan pangan alami lebih baik kualitasnya dari pada yang
berupa olahan ataupun berupa suplemen makanan.
6.
Makan secukupnya
Makanlah secukupnya, dalam artian jangan sampai kekurangan namun
juga janganlah berlebihan. Kekurangan zat gizi karena makan terlalu sedikit
sudah tentu akan menyebabkan tubuh tidak memiliki modal yang cukup untuk
metabolisme sehari-hari dan untuk membangun kekebalan terhadap penyakit. Namun
demikian makan yang berlebihan juga akan menyebabkan penimbunan bahan makanan
yang tidak terpakai sehingga terjadi kegemukan dan peningkatan kadar lemak,
yang justru akan membebani kerja organ hati, jantung, dan ginjal.
7.
Makan secara teratur
Sedapat mungkin aturlah agar makan dilakukan secara teratur
waktunya. Hal ini penting karena sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
umumnya mengikuti irama harian sesuai dengan jadwal makan sebelumnya. Tidak
teraturnya jadwal makan dapat menyebabkan berbagai keluhan sakit maag, karena
adanya iritasi dari asam lambung dan enzim pencernaan pada saluran cerna yang
kosong.
Menurut Sholeh (2010) beberapa kandungan makanan yang harus
dihindari dan tidak dikonsumsi dengan kadar yang berlebihan :
1.
Gula
2. Garam
3. Lemak
4. Kolesterol
5. Zat Pengawet
6. Zat Aditif / Tambahan (pewarna, perasa, penguat rasa,pemanis, dll)
7. Soda
8. Kafein
9. Radikal Bebas
10. Alkohol
11. Minyak
12. Pestisida
Pengolahan dan Penyajian Makanan sehat
Salah dalam pengolahan makanan,
bisa-bisa bahan makanan yang tadinya sudah sempurna menyehatkan, malah dapat
bersifat berbalik menyerang kesehatan. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna
dalam mengolah makanan menjasi asupan yang berguna untuk kesehatan tubuh,
diperlukan pengetahuan mendasar tentang baik buruknya ragam metode pengolahan
pada makanan.
Bahan terbaik untuk sayuran dan buah
adalah yang ditanam secara organic (tanpa pestisida). Buah dan sayuran semacam
ini sudah bisa didapatkan secara mudah di beberapa pasar swalayan. Pilihlah
daging yang paling segar. Hindari daging yang sudah berwarna kebiru-biruan,
apalagi yang sudah mengeluarkan aroma sedikit busuk. Untuk pemilihan ikan,
pilihlah ikan yang paling segar, begitu juga dengan daging ayam. Walau tidak
menjadi jaminan, daging yang lebih segar bebas dari bakteri dan kuman, dengan
pengolahan yang tepat, volume bakteri dan kuman pada daging bisa dikurangi.
Setidak-tidaknya belum ada proses pembusukkan yang mengandung kuman serta
bakteri yang jauh lebih berbahaya bagi kesehatan.
Disamping pemilihan bahan makanan,
satu hal yang perlu diwaspadai ialah pemilihan alat masak. Jangan asal memilih
dan menggunakan peralatan masak. Pastikan peralatan masak yang digunakan tidak
terlapisi bahan kimia. Setelah pemilihan bahan makanan yang tepat, menurut Ayu
(2012) ada beberapa kiat untuk menghindari makanan yang ada untuk dikunjungi
bakteri dan kuman selama pengolahan makanan berlangsung, antara lain :
1.
Pisahkanlah bahan makanan
mentah berupa daging ternak, unggas serta
ikan dari bahan makanan lain. Simpan bahan-bahan makanan di dalam wadah tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak kontak bahan makanan mentah dengan makanan jadi dan yang telah dimasak. Karena bahan makanan mentah masih mengandung mikroorganisme berbahaya yang dapat mencemari bahan makanan lain yang siap saji. Proses kontaminasi dapat terjadi dimana saja, termasuk diantaranya pada saat proses pemasakan maupun pada proses penyimpanan.
ikan dari bahan makanan lain. Simpan bahan-bahan makanan di dalam wadah tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak kontak bahan makanan mentah dengan makanan jadi dan yang telah dimasak. Karena bahan makanan mentah masih mengandung mikroorganisme berbahaya yang dapat mencemari bahan makanan lain yang siap saji. Proses kontaminasi dapat terjadi dimana saja, termasuk diantaranya pada saat proses pemasakan maupun pada proses penyimpanan.
2.
Pada saat proses pengolahan
makanan, gunakanlah alat masak yang
berbeda setiap kali mempersiapkan bahan mentah. Seperti halnya alat potong dan papan alas. Begitupun air yang digunakan untuk melumuri daging mentah tidak boleh digunakan untuk bahan makanan yang telah siap untuk dikonsumsi.
berbeda setiap kali mempersiapkan bahan mentah. Seperti halnya alat potong dan papan alas. Begitupun air yang digunakan untuk melumuri daging mentah tidak boleh digunakan untuk bahan makanan yang telah siap untuk dikonsumsi.
3.
Untuk mempersiapkan makanan
yang berkuah, pastikan air kuah termasak
hingga mendidih mencapai suhu 70°C. Pada khususnya pengolahan masak daging ternak dan unggas, pastikan kaldu termasak berwarna jernih dan tidak lagi merah muda. Hal ini untuk menjaga makanan aman dari bakteri. Karena pada suhu 70°C-lah mikroorganisme dapat mati dalam waktu hanya 30 detik.
hingga mendidih mencapai suhu 70°C. Pada khususnya pengolahan masak daging ternak dan unggas, pastikan kaldu termasak berwarna jernih dan tidak lagi merah muda. Hal ini untuk menjaga makanan aman dari bakteri. Karena pada suhu 70°C-lah mikroorganisme dapat mati dalam waktu hanya 30 detik.
4.
Bagian dalam dari daging mentah
pada umumnya bebas dari kuman. Bakteri umumnya hidup di bagian luar daging.
Memakan bagian dalam daging yang masih merah tidaklah berbahaya (contoh: daging
yang terolah dengan metode panggang). Namun pada daging cincang., daging
panggan gulung dan unggas, terdapat bakteri di keseluruhan sisinya.
5.
Jangan tinggalkan makanan yang
telah dimasak pada temperatur kamar
lebih dari 2 jam. Masukkan segera makanan yang telah dimasak ataupun makanan yang mudah rusak ke dalam lemari pendingin. Panaskan makanan yang telah dimasak hingga matang (di atas suhu 60°C) pada saat akan dihidangkan.
lebih dari 2 jam. Masukkan segera makanan yang telah dimasak ataupun makanan yang mudah rusak ke dalam lemari pendingin. Panaskan makanan yang telah dimasak hingga matang (di atas suhu 60°C) pada saat akan dihidangkan.
6.
Janganlah menyimpan makanan
dalam lemari pendingin terlalu lama. Jika hendak mencairkan makanan yang telah
membeku, hindarilah mencairkan makanan yang telah dimasak pada suhu kamar sebab
mikroorganisme dapat berkembang biak sangat cepat pada suhu kamar.
Dari semua hal, yan terpenting adalah
persiapan awal untuk mengolah makanan. Pastikan seluruh alat-alat masak yang akan
digunakan haruslah bersih dan steril.
- Hindarilah mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor.
- Jangan memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan.
- Hindari menggunakan lap yang sudah kotor untuk membersihkan meja dan perabotan makan.
- Lindungi dengan baik makanan jika hendak disimpan dalam waktu
yang
lama. - Makanan yang tersaji besar sekali terkontaminasi kotoran kuman
dan
bakteri akibat hewan yang berkeliaran di sekitarnya.
Penting adanya untuk meninjau kembali
metode memasak. Teknik pengolahan makanan atau memasak juga memengaruhi mutu
makanan. Pilihlah makanan yang telah melalui proses pengolahan termasak kukus,
rebus atau tumis dengan sedikit minyak. Kurangilah memasak olah makanan dengan
metode menggoreng, memanggang dan dibakar. Karena selain mengandung banyak
lemak, metode memasak ini juga merusak nilai gizi makanan akibat panas yang
terlalu tinggi dari batas normal pengolahan.
Proses pengolahan dan penyimpanan bisa membuat gizi
pada bahan makanan hilang atau rusak. Karena itu, perlakukan bahann makanan
sebaik mungkin, jangan asal memasukkannya ke lemari pendingin. Cara mengolah
makanan berpengaruh terhadap kualitas nutrisinya. Adapun beberapa Tips pengolahan dan penyajian makanan untuk mendapat manfaat yang
optimal dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi (Devin,2010) adalah
1. Menyimpan Makanan
Konsumsi
buah paling baik adalah saat sudah matang. Buah yang terlalu matang mengandung
lebih banyak gula, sehingga kadar indeks glikemiknya (IG) lebih tinggi. Indeks
glikemik merupakan ukuran seberapa cepat karbohidrat dicerna, masuk kedalam
aliran darah, dan meningkatkan kadar gula darah.Makanan dengan IG rendah masuk
ke aliran darah secara perlahan dan tidak terlalu cepat memicu respon insulin,
sehingga membuat kadar gula darah lebih stabil. Ahli gizi, Judith Wills,
penulis buku The Food Bible, menyarankan untuk menyimpan buah, sayuran, dan
salad dalam kondisi dingin dan gelap seperti dalam lemari es atau
pantry.”Cahaya dan panas akan merusak vitamin B dan C.
2. Dibekukan
Berlawanan
dengan keyakinan pada umumnya, buah dan sayuran beku kerap mengandung lebih
banyak zat gizi daripada yang segar. Hal ini karena pangan tersebut dibekukan
segera setelah dipanen. Asosiasi konsumen di Inggris menguji sejumlah buah dan
sayuran yang telah disiapkan seperti kol brussel dan melon potongan dengan
menggunakan kadar vitamin C sebagai indikasi seberapa segar dan bergizinya
makanan itu.Mereka menjumpai, beberapa di antaranya memiliki kurang dari
setengah jumlah vitamin C yang dikandung saat baru dipanen.
3. Direbus dan Dikukus
Selain
membuat makanan terasa lebih enak, memasak akan melemahkan struktur tumbuhan,
membuat zat gizi sayuran labih mudah diserap tubuh manusia. Sayang, beberapa
metode pemasakan dapat secara negatif memengaruhi nilai nutrusi itu. Merebus
sayuran dapat menghilangkan vitamin C dan beberapa vitamin B yang memang
bersifat larut air. Merebus dalam waktu lama juga dapat memengaruhi indeks
glikemik makanan. Menurut ahli diet, Nigel Denby, “IG dipengaruhi oleh
zat pati seperti amilosa dalam nasi. Zat pasti akan dipecah bila dimasak
terlalu lama, membuatnya lebih mudah dicerna dan gula dapat dilepaskan dengan
cepat ke aliran darah.” Mengukus mempertahankan zat gizi hingga sekitar 82
persennya.
4. Digoreng
Tak
dipungkiri, menggoreng akan menambah kalori pada makanan. Meski begitu,
menggunakan minyak dalam jumlah moderat bisa menjadi cara menyehatkan. Selain
cepat matang juga meminimalkan kerusakan akibat panas. “Menggoreng akan menahan
vitamin B dan vitamin C yang larut air,” ujar Wills. Sayuran yang tinggi karotenoid
(kelompok antioksidan) lebih baik dimasak atau dimakan dengan sedikit minyak.
sementara wortel atau tomat baik bila ditumis.
5. Dipanggang atau Dibakar
Metode
ini merupakan alternatif yang lebih sehat ketimbang menggoreng. Menggunakan
alas memasak dengan rak secara khusus akan efektif terutama untuk daging
olahan. Wills setuju bahwa metode ini merupakan pilihan paling menyehatkan,
tetapi perlu ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama hingga menimbulkan
warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus kanker.
6. Menggunakan Microwave
Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa memasak menggunakan microwave merupakan cara
paling efektif untuk mempertahankan vitamin larut air seperti vitamin C karena
paparan panas berkurang dan sedikit air digunakan. Sayang, hal ini dapat
merusak antioksidan larut lemak. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of The Science of Food and
Agriculture mengungkapkan, brokoli yang dimasak dengan microwave kehilangan
antioksidan hingga 97 persen.
7. Ditumbuk
Kentang
tumbuk atau pure tidak hanya menambah kalori bila ditambah susu dan mentega,
juga meningkatkan indeks glikemik. Makanan yang dipecah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil, juga dicerna lebih cepat. Bila sulit menghindarinya, coba
mencampurnya dengan jeruk.
8. Dipanaskan Kembali
Saat
Anda memanaskan masakan untuk kedua kalinya, tak terelakkan lagi, akan lebih
banyak zat gizi yang rusak. Bila makanan perlu disimpan, Wills menekankan harus
didinginkan dulu dan segera disimpan di lemari es atau freezer. “Tutup dan
simpan di tempat yang dingin. Vitamin B dan C akan berkurang jika makanan
dibiarkan hangat terlalu lama atau terlalu panas,” ungkap Wills.
9. Konsumsi Mentah
Ahli
gizi Patrick Holford meyakini konsumsi makanan mentah seperti wortel atau bit
akan memaksimalkan kandungan gizinya karena antioksidan sensitif terhadap panas
dan air. Namun, ada efek sebaliknya dari mengonsumsi makanan mentah. “Bisa
sulit dicerna karena serat perlu dipanaskan supaya lunak. Proses memasak juga
membuat beberapa zat gizi lebih mudah tersedia seperti likopen pada tomat,”
ujarnya. Buah paling baik dikonsumsi mentah atau segera dimakan setelah
dipotong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar