Selasa, 31 Desember 2013

Naramarga, orang jalanan




Hubungan antara jumlah penduduk dan lingkungannya makin lama makin tidak seimbangsejak paruhkedua abad XX lalu. Di Dunia Selatan penduduk banyak sekali (3/4) dan tumbuh cepat, tetapi mempunyai potensi merusak lingkungan yang rendah; sedangkan di Utara penduduknya sedikit dan pertumbuhannya rendah, bahkan di beberapa tempat negatif, tetapi daya merusaknya tinggi, karena hiperkonsumsi yang menuntut hipereksploitasi. Hiperkonsumsi berhubungan timbal balik dengan kemewahan, dan luxus yang meningkat menuntut eksploitasi yang meningkat pula. Utara secara tak langsung mendesak Selatan ke pinggir dalam mempertahankan standar kemewahannya sendiri.
            Pada akhir abad ke XXI penduduk dunia ditaksir sudah 12 milyar jiwa. Dengan desakan penyebaran global ekonomi pasar bebasoleh Amerika Serikat, maka kesenjangan ekonomi dan kerusakan ekologi akan bertambah. Penduduk miskin akan bertambah secara numerik maupun prosentual dan kebanyakan dari mereka berada di Dunia Selatan. Pertambahan penduduk memperbanyak aglomerasi kota-kota besar. Kota metropolis (lebih 1 juta jiwa) yang pada tahun 1950-an dari 10 terbesar hanya 3 yang berada di Selatan, pada tahun1990-an hanya ada 3 dari 10 megalopolis (lebih 10 juta) berada di Utara. Pertumbuhan kota di Utara tampak pada gedung apartemen tinggi-tinggi (hi- rise building), di Selatan ditandai oleh bertambahnya kampung atau kota kumuh (shanty-towns) di kota-kota raya. Ada perkumuhan bertingkat di Kalkatta, tetapi umumnya perkumuhan (slums, sloppenwijken) terdapat diantara pencakar-pencakar langit atau di gedung-gedung tua di tengah kota (inner city) atau di taman-taman, di kiri-kanan rel atau jalan raya.

            Jakarta pada tahun 2025 jumlah penduduknya mungkin sudah mencapai 17 juta dan tidak mungkin disediakan perumahan dengan harga rendah dan pekerjaan untuk mereka semua. Di hampir semua megalopolis penduduk perkumuhan berkisar antara 20-50 %. Tidak semuanya mereka mendapat tempat di rumah kumuh, sebagian bermalam di kaki lima, stasion atas dan bawah tanah, taman (kalo dingin berkemah di tenda kumuh), gerbong kereta api tua dan sebagainya.
            Mereka mencari makan di jalanan, dan mereka memang naramarga , orang-orang jalanan; ada diantaranya yang hidup disan mulai sejak bayi sampai tua renta. Pekerjaan mereka tergolong dalam ekonomi alternatif, yang disebut juga ekonomi bawah tanah, ekonomi gelap atau kontra ekonomi. Hampir semua mereka bekerja tetapi karena tidak terdaftar, per definitionem mereka dianggap penganggur (bekerja tidak dengan upah tetap dan kurang dari 40 jam seminggu). Ekonomi alternatif sangat resilient (berketahanan tinggi ), jauh lebih tinggi dari zombigaisha (perusahaan mayat hidup) dengan curahan kredit dari bank sekarat melalui kelompok gangster, seperti Yakuza.
            Pada tahun 1964 Indonesia diberitakan luas oleh pers asing akan kolaps, karena inflasi membumbung tinggi dengan pencetakan uang massal untuk Trikora, Dwikora, dan pembangunan nasional semesta berencana, paceklik dan busung lapar dimana-mana, serta impor resmi hampir tidak ada. Tetapi Indonesia tidak kolaps, akrena ekonomi alternatif tetap jalan, didukung oleh mikro-wiraswasta.
            Dalam krisis yang mulai dari 1997, dari ekonomi dual, ekonomi formal lebih dahulu kempis gelembungnya, harus ditimba kembali agar tidak mati tenggelam, dengan kredit masif dari pemerintah; jadi harus ditolong oleh rakyat kecil. Ekonomi alternatif tidak erat terlibat dalam sistem pasar bebas dunia, sehingga tetap bertahan. Kalau dalam globalisasi ekonomi, dualisme ekonomi dilenyapkan (padahal di Barat makin bertumbuh), maka sebagian besar rakyat akan sukar sekali bertahan hidup.; membeli barang keperluannya dengan harga global (yang selalu disesuaikan oleh pemerintah), dan membayarnya dari upah lokal (yang tidak disesuaikan oleh pemerintah). Pemerintah ingin menghentikan hajat hidup orang banyak, tetapi terus menrima subsidi dari gaji kecil pegawai negeri (kecuali anggota kabinet, Bank Indonesia, dan BPPN)
            Naramarga pekerjaannya bermacam-macam, berkisar antara yang legal sampai kriminal. Umpamanya penyikat sepatu, penyewa diri untuk kendaraan three in one, penjaja minuman, makanan dan barang, pemulung (chomperos), pengamen, pengumpul sembangan, pendorong mobil, penyewa payung, pengangkut barang belanjaan, salo karcis dan bus, tukang antri (queue-standers), juru parkir, penyeka kaca mobil (mengotorkan atau memecahkan kaca kalau ditolak ), pencopet/jambret, pengempis ban (lalu menodong), perampok mobil dan taxi, mafia proteksi, preman kaki lima, dan pencuri bagian-bagian mobil. Mereka mempunyai jaringan dan organisasi dengan hierarki dan kode etik subkultural serta kursus pekerja.
            Mereka tak mempunyai jaminan (non-garantiti) baik sosial, ekonomi, medis, keamanan, dan hukum. Oleh karena itu merka sangat rentan dan potensial berbahaya (les classes dangereuses), dan berada di luar “kasta” (underclass). Di Cairo 1986 mereka pernah menyerbu hotel dan bus turis, merampok dan membunuh wisatawan. Di Sao Paulo sering ada perampokan, terutama bank, dan rata-rata lima supermarket sehari. Di Brazil dalam 5 tahun terakhir (2986-91) ada 16.000 anak-anak di jalanan ditembak polisi, karena mengganggu daerah belanja mewah. Di Rio de Janeiro para turis di pantai harus dilindungi tarhadap perampok, maka orang kaya raya lebih suka berlibur di luar negeri. Sekali-sekali polisi melakukan arastao (sweeping) preman serta naramarga, dan meraka berlarian sambil menjarah toko dan orang lewat. Anak-anak jalanan sering dipergunakan (dipaksa atau diperdagangkan) untuk sodomi.
             Kontras sosial-ekonomi yang makin mencolok oleh globalisme pasar bebas (sebetulnya hanya free flow searah barang, orang, dan informasi)- nanti akan meradikalisasi Selatan (alasannya dapat ras, agama, dan budaya) serta menyuburkan fundamentalisme berdasarkan pertahanan di Utara. Selatan akan terkuras ekologis dan sosial, dan meledaklah eksodus ke Utara, kerusushan massal, konflik infranasional berwarna etnis, agam, linguistik dan politis (separatisme). Begi merka yang memakai end-off-the tube reasoning, gejala-gejala pada ujung pipa inidianggap harus dibasmi dengan tegas, tetapi tidak peduli pada sebab pokok pada pangkalnya yang berkembang sapanjang pipa, dan sewaktu-waktu dapat meletus lagi kalu tidak ditangani, yang akan sulit dipadamkan.

Senin, 30 Desember 2013

PREPARAT WHOLE MOUNT TUMBUHAN PAKU SUPLIR Adiantum cunneatum



       I.            JUDUL
PREPARAT WHOLE MOUNT TUMBUHAN PAKU SUPLIR
Adiantum cunneatum

    II.            TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan preparat whole mount tumbuhan dari paku suplir Adiantum cunneatum ini adalah untuk mempelajari struktur morfologi maupun dari individu tanaman suplir Adiantum cunneatum secara utuh.

 III.            METODOLOGI
3.1       Alat dan Bahan
3.1.1    Alat
-          Botol flakon
-          Gelas arloji
-          Kaca penutup
-          Kaca benda
-          Mikroskop
3.1.2    Bahan
-          Tumbuhan paku suplir Adiantum cunneatum
-          Larutan FAA
-          Aquadest
-          Larutan pewarna safranin
-          Alcohol 30%,50%,70%,80%,100%
-          Xylol murni
-          Enthelen
 
3.2       Prosedur Kerja
-          Memasukkan tumbuhan kecil  dalam botol flakon
-          Memfiksasi dengan larutan FAA selama 24 jam
-          Memindah bahan di gelas arloji dan menetesi aquades selama 10 menit
-          Memberikan pewarnaan safranin selama 2 jam
-          Mencuci dengan aquadest selam 10 menit
-          Mendehidrasi alkohol 30%, 50%, 70%, 80%, 100%, 100% masing-masing selama 15 menit
-          Menetesi alkohol:xylol, 3:1,1:1,1:3, masing-masing 15 menit
-          Menetesi xylol murni 1 selama 15 menit
-          Menetesi xylol 2 sebelum kering ditambahkan enthelen langsung ditutup dengan kaca penutup.
-          Memberi label
 

    V.            HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum mikroteknik kali ini kita membuat preparat wholemount tumbuhan dari tanaman paku suplir Adiantum cunneatum. Tiga hal yang akan diamati dari preparat yaitu bagian akar, batang dan daun dari tanaman paku suplir Adiantum cunneatum.
            Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja (Anonymous, 2011).
Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur morfologi tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass (Gunarso, 1989).
Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan (Gunarso, 1989).
Berdasarkan hasil preparat yang telah dibuat yaitu preparat whole mount tumbuhan dengan menggunakan pewarnaan safranin yaitu dapat diketahui bahwa preparat terlihat cukup jelas dari bagian akar, batang dan daun. Pada akar ditemukan rambut-rambut akar dan pembuluh angkut. Pada batang jelas terlihat adanya pembuluh angkut. Pada daun terlihat adanya urat daun dan daging daun (mesofil daun).
Akar dari tumbuhan ini merupakan rimpang tegak, yang akar sejatinya semakin menaik atau memanjat. Akar berupa rhizome beruas pendek yang muncul akar-akar berupa serabut. Pada ujung akar dilindungi oleh kaliptra atau tudung akar. Di belakang kaliptra terdapat titik tumbuh berupa sebuah sel yang berbentuk bidang empat, yang kearah luar membentuk sel-sel kaliptra, sedangkan jika menuju kearah dalam membentuk sel-sel akar (Anonymous, 2011)
Batang tanaman suplir hitam mengkilat berduri tegak atau semi tegak dan dijumpai sisik-sisik yang lunak atau keras. Batang bercabang-cabang dan berupa tongkat (rhizome) yang terdapat banyak daun dengan tingginya sekitar 0,25-1,3 m. Susunan anatomi batang terdiri dari epidermis, korteks dan stele. Pada ujung batang terdapat jaringan meristematik yang membentuk akar dan batang (Anonymous, 2011).
Daun pada tumbuhan paku suplir beraneka ragam. Berdasarkan fungsi daun pada tumbuhan paku suplir ini ada dua macam jenis daun yaitu daun tropophyl (daun untuk fotosintesis saja atau daun steril) dam daun sporophyl (daun penghasil spora atau daun fertil). Bentuk daunnya bulat telur (membulat). Susunan daun tumpang tindih ,bersirip tunggal, bersirip ganda, ada juga susunan daunnya pada bagian bawah besar sedang pada bagian ujungnya mengecil sehingga mirip ekor. Tekstur daun biasanya lembut dan tipis, tetapi ada juga yang keras dan kaku, dan umumnya berwarna hijau mengkilap. Pada bagian daun terdapat tulang daun dan telah mempunyai mesofil (daging daun). Tangkai daun gundul dan anak daun penempatannya bersaing sepanjang poros sirip (Anonymous, 2011).
Pada pembuatan preparat whole mount tumbuhan Adiantum cunneatum ini diperlukan penjagaan bagian-bagian tumbuhan agar dapat masih terlihat utuh, jadi membutuhkan kehati-hatian yang khusus.
           
 
 VI.            KESIMPULAN
1.         Pada preparat whole mount tumbuhan Adiantum cunneatum ditemukan 3 bagian utama dari tumbuhan ini yaitu akar, batang dan daun. Akar berupa rhizome beruas pendek yang muncul akar-akar berupa serabut. Batang bercabang-cabang dan akan ditemukan pembuluh-pembuluh angkut di dalamnya. Daun berbentuk bulat telur dan memiliki tangkai daun dan daging daun (mesofil)
2.         Hal-hal yang mempengaruhi pembuatan preparat whole mount tumbuhan Adiantum cunneatum ini yaitu pada penjagaan bagian-bagian tumbuhan agar dapat masih terlihat utuh membutuhkan kehati-hatian yang khusus.



VII.            DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Mikroteknik. (Online) (http://achumanbiotan08.blogspot.com/2011/06/mikroteknik.html) diakses 23April 2012.
Anonymous. 2011. Paku Suplir Adiantum. (Online) (http://biologigonz.blogspot.com/2011/02/paku-suplir-adiantum.html) diakses 23 April 2012.
Anonymous. 2012. Laporan Praktikum Pteridophyta. (Online) (http://aqshabiogger2010.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-pteridophyta.html) diakses 23 April 2012.
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. DEPDIKBUD Institiut Pertanian Bogor : Bogor.
Wahyuni, Sri. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah M

Preparat Gosok Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)



I.         JUDUL
       Tentang Preparat Gosok Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)
II.      TUJUAN
Untuk mengetahui anatomi tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dan struktur penyusunnya secara melintang dan membujur serta untuk mengetahui cara atau teknik pembuatan preparat dengan metode gosok.
III.   METODE
3.1     Alat dan Bahan
3.1.1             Alat
ü    Beaker glass
ü    Kompor
ü    Mikroskop
ü    Kaca Penutup
ü    Kaca benda
ü    Batu asahan
ü    Pipet tetes
ü    Pisau
3.1.2             Bahan
ü    Femur Tikus Putih (Rattus norvegicus)
ü    Entelen
ü    Aquadest
ü    Xylol
ü    Alkohol absolut
ü    Ether

3.2            Prosedur Kerja
1.        Menyiapkan tulang yang akan digunakan sebagai bahan preparat gosok, dan mengambil pada bagian femur tulang (tulang yang digunakan adalah femur)
2.        Merebus tulang yang akan digunakan sesuai dengan jenis tulangnya. Setelah ditiriskan menunggu femur tersebut sampai kering
3.        Menggergaji femur secara melintang dan secara membujur
4.        Menggosokkan tulang yang telah digergaji tersebut, pada batu asahan yang rata supaya tipisnya rata, diharapkan sangat berhati-hati karena tulang yang sudah tipis sangat rapuh.
5.        Memasukkan tulang yang telah diasah sampai tipis tadi, ke dalam alkohol absolute selama  ± 15 menit
6.          Menetesi dengan xylol murni selama 5 menit
7.        Melakukan pengamatan terlebih dahulu, dengan menggunakan mikroskop.
8.        Menutup dan menempel dengan enthelen
9.          Melakukan pelabelan
V.           HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1                   Tikus Putih (Rattus norvegicus)
5.1.1             Klasifikasi Ilmiah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
                                         
Spesies : Rattus norvegicus
(Nurhayati, 2004).
5.1.2        Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna,mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm. Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Syamsuri, 2004).
5.2       Preparat Gosok Tikus Putih (Rattus norvegicus)
5.2.1     Preparat Gosok
Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin. Metode ini dapat dipakai untuk pembuatan sediaan tulang, dan jaringan keras lainnya dari organ hewan dalam hal ini adalah tulang. Oleh karena itu metode ini dapat diaplikasikan bukan hanya untuk pembuatan preparat hewan tetapi juga untuk preparat tumbuhan yang sifatnya keras (Maskoeri, 2009).
Metode ini umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan  merata.  Penggosokan  ini  dilakukan  dengan  amplas  yang  tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata disetiap permukaan sediaan. Ketebalan yang tidak merata akan menggangu dalam proses penempelan entelan pada kaca benda akibatnya kaca penutup akan pecah jika permukaannya tidak rata (Wahyuni, 2009).
                 Perlakuan pada preparat gosok antara lain dengan  beberapa pemberian larutan yang memiliki fungsi tertentu. Perlakuan tersebut terdiri dari perendaman pada alkohol absolut untuk mendehidrasi air dan xylol untuk pencerahan preparat.

     Faktor Kegagalan
a.     Waktu dan lamanya perebusan
b.     Suhu perebusan dalam panci
c.     Ketelitian dalam menggosok tulang
d.    Kehalusan tulang
e.     Kebersihan alat penggosok dan tangan
f.        Penjernihan dengan xylol
     Faktor Keberhasilan
a.     Waktu dan lamanya perebusan
b.     Suhu perebusan dalam panci
c.     Ketelitian dalam menggosok tulang
d.    Kehalusan tulang
e.     Kebersihan alat penggosok dan tangan
f.         Penjernihan dengan xylol

5.2.2  Tulang           
   Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistem pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm (Anonymous, 2011).
   Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligament (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton. Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton), antara lain :
a)                        Sebagai penunjang tubuh
b)                        Untuk memberi bentuk pada hewan
c)                        Sebagai tempat melekatnya urat daging (otot)
d)                       Untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak
e)                        Sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh
f) Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang  bertaut padanya.
Perbedaan jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis). Ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a)                        Ossa longa/tulang panjang (long bone)
Tulang yang berbentuk panjang, silindris seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum medullare (rongga sumsum).
b)                        Ossa plana/tulang pipih (flat bone)
Tulang yang berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae, ossa crania.
c)                        Ossa brevia/tulang pendek (short bone)
Tulang-tulang berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa tarsi).
d)                       Ossa irregularis/tulang tak beraturan (irregular bone)
Tulang-tulang yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik. Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal, misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya (Syamsuri, 2004).
5.3     Analisis Hasil Pengamatan
Pembuatan preparat dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat, yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang. Pada penampang membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel, lamella havers dan canalis harvers dan osteosit. Beberapa kesulitan yang kami hadapi dalam pratikum gosok, antara lain :
a.                    Dibutuhkan ketelitian dalam mengiris femur, karena dikhawatirkan femur patah pada  saat pengirisan.
b.                   Dibutuhkan ketelitian, kehati-hatian serta kesabaran ketika menggosok tulang, karena tulang yang sudah tipis akan mudah patah.
Informasi umum dalam pembuatan preparat gosok ini, antara lain:
1.                   Perebusan femur dilakukan selama ± 6 jam (sesuai dengan jenis tulang yang digunakan) dengan menggunakan panci.
2.                                           Perebusan dilakukan sehari sebelum perlakuan.
             Hal lain, yang perlu diperhatikan pada saat membuat preparat gosok ini, yaitu jenis tulang yang digunakan, proses perebusan tulang, proses pemotongan, proses pengasahan tulang, karena semua ini akan dapat mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat ini. Namun, preparat tulang pada praktikum ini, sudah dapat dikatakan berhasil, karena sudah ditemukan bagian-bagian yang akan diamati dari hasil preparat gosok ini, seperti kanali havers, canalis volkman, osteosit dan lamella havers.

VI.               KESIMPULAN

ü     Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin.
ü     Metode gosok umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan  merata. 
ü     Penggosokan  dilakukan  dengan  amplas  yang  tingkat kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata disetiap permukaan sediaan.
ü     Perlakuan pada preparat gosok antara lain dengan  beberapa pemberian larutan yang memiliki fungsi tertentu. Perlakuan tersebut terdiri dari perendaman pada alkohol absolut untuk mendehidrasi air dan xylol untuk pencerahan preparat.
ü     Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional.          
ü     Pembuatan preparat dengan metode gosok ini, menggunakan tulang femur tikus putih (Rattus norvegicus) dengan membuat 2 jenis preparat, yaitu preparat gosok tulang femur secara membujur dan melintang.
ü     Pada penampang membujur, bagian yang terlihat adalah canalis volkmawn, canalis havers dan osteosit. Osteosit merupakan sel tulang itu sendiri. Sedangkan pada preparat gosok tulang melintang yang terlihat adalah outer general lamel, lamella havers dan canalis harvers dan osteosit.





VII.  DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Pertulangan. (Online) http://ddsynt.blogspot.com. Diakses tanggal 22 april 2013

Gardner. 2005. Anatomi. UI Press: Jakarta
Maskoeri, Jasin. 2009. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya
Nurhayati. 2004. Diktat Struktur Hewan. FMIPA ITS: Surabaya.
Subowo. 2005. Histologi umum. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta
Wahyuni sri, 2008. Mikroteknik. UMM Press; Malang.
Wahyuni sri, 2009. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. UMM Press; Malang.

VIII.                      LAMPIRAN
8.1 Teknik Gosok Sebagai Media Pembelajaran
Tingkat/Kelas/Semester
SK
KD

SMP
Kelas VIII, Semester 1
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

1.3  Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


SMA
Kelas XI, Semester 1 

3.   Menjelaskan struktur dan fungsi  organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

3.1  Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia


Tingkat/ Semester
Mata Kuliah
Materi
Perguruan Tinggi / II
Histologi
Jaringan Penyangga (tulang dewasa)
Perguruan Tinggi/ VI
Mikroteknik
Teknik Preparat Gosok