“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya”. Qur’an Surat At-Tin ayat 4 tersebut menjelaskan bahwa manusia
merupakan konsep final dalam evolusi makhluk hidup. Hierarki kehidupan makhluk
hidup dari tingkat Tumbuhan dan hewan seperti pisces, ampibi, aves dan mamalia
belum sekompleks konsep biologi manusia. Kesempurnaan inilah yang menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi bagi makhluk hidup lainnya.
Kesempurnaan biologis manusia diiringi dengan
tuntutan tanggung jawab sosial dan budaya. Itulah sebabnya pembicaraan mengenai
reproduksi manusia sarat dengan nilai moral dan budaya. Meskipun proses
reproduksi dialami oleh makhluk hidup yang lainnya tapi terbebas dari
kaidah-kaidah moral dan budaya. Mereka tidak mengenal hukum-hukum kekeluargaan
dan hukum-hukum perkawinan.
Pandangan mitologi terhadap fisik biologi manusia
merugikan kaum perempuan, karena laki-laki cenderung dikultuskan, mengingat
Adam pernah menjadi objek “sujud” kedua sesudah Tuhan, sementara perempuan dimitoskan
sebagai makhluk penggoda, yang dilukiskan sebagai setan betina (female demon), karena godaannya
menyebabkan manusia jatuh ke bumi (Umar, 2002).
Biologi Manusia
Secara biologi, ekspressi gen manusia
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis kelamin yakni jantan dan betina. Beberapa
spesies dikelompokkan sebagai hemafrodit, yakni yang dalam dirinya terkandung
unsur jantan dan betina. Namun begitu dalam proses perkembangbiakannya, masih
memerlukan pasangan untuk transfer silang. Adapun jenis perkembangbiakan yang
tidak membutuhkan pasangan. Jenis perkembangbiakan tersebut dinamakan
reproduksi vegetatif yang banyak ditemukan pada spesies tumbuh-tumbuhan dan
beberapa jenis binatang. Spesies lainnya disebut dimorfisme seksual yakni
spesies yang mengalami proses perkembangbiakan melalui interaksi antara satu
jenis kelamin dengan jenis kelamin lainnya. Manusia termasuk jenis spesies ini.
Meskipun sifat-sifat dasar genetika
manusia mempunyai persamaan dengan makhluk biologis lain, seperti binatang dan
tumbuh-tumbuhan, manusia memiliki sistem koordinasi dan sistem endokrin yang
mengatur sekresi hormon terutama dalam mengontrol perkembangbiakan seksual.
Organ paling mendasar dan dapat
diamati secara makroskopis maupun morfologi atau fisiik biasa disebut sebagai
alat genital luar. Alat genital luar laki-laki terdiri atas; testis, skrotum
dan penis. Sedangkan pada wanita terdiri atas kelenjar mamae, labia minora,
labia mayora yang akan diteruskan pada
genital dalam yakni serviks. Selain alat genital, manusia pria maupun wanita
memiliki beberapa sistem endokrin yang pada waktu tertentu akan dikontrol oleh
otak untuk menghasilkan hormon khusus. Hormon tersebut berfungsi untuk membentuk ciri sekunder pada pria dan wanita
pada masa pubertas.
Ditelaah dari genetikanya, komposisi
tubuh laki-laki lebih kompleks daripada perempuan. Perempuan yang memiliki
kromosom XX dan laki-laki memiliki kromosom XY. Kromosom Y tersebut selain
menentukan seseorang menjadi laki-laki, juga membawa beberapa pengaruh. Ada sebuah
jenis protein, yang diidentifikasi sebagai H-Y antigen yang hanya terdapat
dalam sel laki-laki dan tidak ditemukan dalam sel perempuan. Kehadiran kromosom
Y memungkinkan terjadinya tambahan kontrol pada berbagai jaringan sel dalam
tubuh laki-laki. Kakhususan ini dijadikan alasan di kalangan ilmuwan untuk
menyatakan bahwa laki-laki secara biologis memiliki kekhususan-kekhususan dan
sekaligus memberikan pengaruh secara psikologis maupun sosiologis.
Perbedaan sistem hormonal tubuh
berbagai spesies, seperti mamalia atau makhluk menyusui, termasuk manusia,
jenis jantan/laki-laki lebih agresif daripada jenis betina/perempuan. Ahli geneita
menyimpulkan bahwa pengaruh hormon testosteron menyebabkan jenis jantan lebih
agresif dibandingkan dengan betina. Hasil penelitian W.O Joslyn membuktiokan
bahwa ketika monyet betina berusia muda diberikan unsur testosteron maka monyet
itu menjadi lebih agresif. Penelitian yang sama juga dilakukan pada manusia
olehL. Kreutz dan R. Rose. Hasilnya sam: tingkat testosteron berbanding lururs
dengan perilaku agresif.
Dengan demikian secyara fisik biologi
laki-laki dan perempuan tidak saja dibedakan oleh identitas jenis kelamin,
bentuk, dan anatomi biologis lainnya, melainkan juga komposisi kimia dalam
tubuh. Perbedaan yang terakhir menimbulkan akibat-akibat fisik biologis,
seperti laki-laki memiliki suara yang lebih besar, berjenggot, berkumis,
pinggul lebih ramping dada datar. Sementara perempuan mempunyai suara lebih
bening, buah dada menonjol, pinggul lebih lebar, dan organ reproduksi sangat
berbeda dengan laki-laki.
Daftar
Pustaka
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta. Penerbit kedokteran
EGC
Umar.
2002. Bias Jender dalam Pemahaman Islam. Yogyakarta. Gama Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar